Multiplier Effect Komunitas Sebagai Strategi Sosialisasi
PURWAKARTA — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Purwakarta mengikuti kegiatan Parmas Insight Chapter #9 dengan tema “Kolaborasi dengan Komunitas: Sinergi dengan Komunitas Seni, Olahraga hingga Hobi”, yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi Jawa Barat secara daring melalui Zoom Meeting pada Rabu (10/12). Agenda ini menghadirkan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota se-Jawa Barat sebagai peserta.
Kegiatan dibuka oleh Hedi Ardia, Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat (Sosdiklih Parmas) KPU Provinsi Jawa Barat. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa hampir setiap pemilih tergabung dalam satu atau lebih komunitas, baik formal maupun nonformal. Kata Hedi, “Komunitas ini memiliki multiplier effect yang besar dan bisa menjadi kanal sosialisasi yang efektif jika dikelola dengan pendekatan dialogis, bukan hanya melalui kegiatan formal”. Ia juga menyinggung praktik baik dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dikenal memiliki tingkat partisipasi pemilih tinggi.

Sebagai keynote speaker, Sri Surani, Ketua Divisi Sosdiklih Parmas KPU Provinsi DIY, memaparkan pengalaman daerahnya dalam memaksimalkan peran komunitas melalui konsep Tutor Demokrasi. Menurutnya, partisipasi masyarakat dalam pemilu maupun pilkada bukan semata hasil kerja KPU, tetapi buah dari kolaborasi berbagai pihak, termasuk komunitas seni, budaya, dan kelompok marjinal. Ia menekankan pentingnya tidak membeda-bedakan komunitas dan memastikan seluruh segmen masyarakat mendapatkan informasi pemilu secara merata.
Sesi materi dipandu oleh Denden Deni Hendri, Kasubbag Parhumas dan SDM KPU Kota Banjar. Pemaparan pertama disampaikan oleh Afif Fauzi (KPU Kota Bekasi) yang menjelaskan dasar hukum partisipasi masyarakat, efektivitas pendekatan komunitas, serta data empiris yang menunjukkan bahwa pemilih muda lebih responsif terhadap sosialisasi kreatif seperti fun run, gowes demokrasi, festival seni, dan e-sport tournament. Afif menegaskan bahwa pemimpin opini dalam komunitas memiliki pengaruh kuat dalam membentuk preferensi politik generasi muda.

Materi kedua disampaikan oleh Aof Ahmad Musyafa (KPU Kabupaten Kuningan). Ia menjelaskan strategi berbasis budaya lokal, seperti Kirab Pemilu, stand up comedy demokrasi, sinematografi, hingga touring demokrasi bersama komunitas motor untuk menjangkau wilayah pelosok. KPU Kuningan juga memaksimalkan relawan demokrasi dan jaringan kampus-sekolah untuk mendorong pemilih menjadi subjek yang sadar, kritis, dan aktif.
Dalam sesi diskusi, peserta membahas isu netralitas komunitas, strategi sosialisasi pada kelompok marjinal, serta cara menjaga hubungan dengan komunitas di tengah keterbatasan anggaran. Solusi yang disepakati mencakup pendekatan humanis, menjaga hubungan jangka panjang, dan optimalisasi anggaran non-pemilu untuk kegiatan kreatif yang melibatkan komunitas.

Melalui kegiatan Parmas Insight #9 ini, KPU Purwakarta memperkuat komitmennya dalam memperluas jangkauan pendidikan pemilih melalui pendekatan komunitas. Kolaborasi semacam ini dinilai penting untuk membangun ruang demokrasi yang inklusif, kreatif, dan berkelanjutan bagi seluruh kelompok masyarakat.
Humas KPU Kabupaten Purwakarta
Narasi: R.Hutomo | Foto: R.Nurrosadi