Berita Terkini

Parmas Insight Chapter #10: Budaya Lokal Jadi Jembatan Pendidikan Pemilih di Jawa Barat

PURWAKARTA — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Purwakarta mengikuti kegiatan Parmas Insight Chapter #10 yang mengangkat tema “Budaya Lokal sebagai Medium Pendidikan Pemilih: Memadukan Tradisi dan Demokrasi”, Rabu (17/12). Kegiatan ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti oleh jajaran KPU Provinsi serta KPU Kabupaten/Kota se-Jawa Barat.

Kegiatan dibuka oleh Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat KPU Provinsi Jawa Barat, Hedi Ardia. Dalam pengantarnya, ia menegaskan bahwa pendekatan budaya bukanlah hal baru dalam pendidikan pemilih, namun masih menghadapi tantangan dalam implementasi. Menurutnya, otoritas kultural di tingkat desa dan komunitas adat sering kali lebih didengar masyarakat dibandingkan pendekatan formal, sehingga pendidikan pemilih perlu dikemas secara kontekstual tanpa menghilangkan prinsip netralitas penyelenggara Pemilu.

Sebagai keynote speaker, Kepala Bidang Politik Dalam Negeri Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat, Ruliadi, S.E., M.Si., menyoroti besarnya tantangan demokrasi di Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa capaian partisipasi Pilkada 2024 di Jawa Barat masih berada di bawah target, sehingga pendidikan pemilih harus bergeser dari sekadar sosialisasi teknis menuju internalisasi nilai demokrasi melalui pendekatan budaya lokal yang adaptif.

Sesi pemaparan materi dipandu oleh Dananjaya dari Sekretariat KPU Kabupaten Sukabumi. Narasumber pertama, Said Attanjani, Ketua Divisi Sosdiklih, Parmas dan SDM KPU Kabupaten Ciamis, memaparkan pengalaman KPU Ciamis dalam memanfaatkan tradisi lokal sebagai media sosialisasi kepemiluan, khususnya untuk menjangkau wilayah perbatasan dan daerah dengan tingkat partisipasi rendah. Ia menekankan bahwa tradisi memiliki nilai historis dan identitas kolektif yang strategis untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

Sementara itu, Rudini, Ketua Divisi Sosdiklih, Parmas dan SDM KPU Kabupaten Sukabumi, menjelaskan bahwa kesenjangan antara demokrasi formal dan realitas sosial menjadi tantangan utama pendidikan pemilih. Melalui pemanfaatan budaya lokal seperti seren taun, dogdog lojor, dan wayang golek, nilai-nilai demokrasi dapat disampaikan secara lebih membumi dan mudah diterima masyarakat lintas generasi.

Melalui kegiatan ini, KPU Kabupaten Purwakarta memperoleh penguatan perspektif bahwa pendidikan pemilih yang berkelanjutan memerlukan inovasi pendekatan, dengan menjadikan budaya lokal sebagai medium strategis untuk menanamkan nilai demokrasi, partisipasi, dan tanggung jawab kolektif di tengah masyarakat.

 

Humas KPU Kabupaten Purwakarta

Narasi: R.Hutomo  | Foto: R.Nurrosadi

 

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 8 kali